Gelombang raksasa

Sebuah kapal dagang bekerja di laut yang deras saat gelombang besar menghadang, Teluk Biscay, sekitar 1940.

Gelombang raksasa, juga dikenal sebagai gelombang ekstrem, gelombang pembunuh, gelombang aneh atau gelombang monster adalah gelombang yang lebih besar dari dua kali ukuran gelombang di sekitarnya, sangat tidak dapat diprediksi, dan sering datang secara tidak terduga dari arah selain angin dan ombak yang ada.[1] Gelombang raksasa menimbulkan ancaman besar bagi kapal dan struktur lepas pantai.[2] Gelombang ini berbeda dengan tsunami, yang disebabkan oleh perpindahan air secara tiba-tiba yang terkait dengan peristiwa lain, seperti gempa bumi.

Selama berabad-abad, gelombang raksasa adalah bagian dari cerita rakyat laut, sebelum akhirnya diterima sebagai sah oleh para ilmuwan dalam beberapa dekade terakhir. Gelombang raksasa resmi pertama terdeteksi di Norwegia pada tahun 1995 dan dikenal sebagai gelombang Draupner (setinggi 25,6 meter atau 85 kaki).[3] Sebagian besar laporan tentang gelombang badai ekstrem mengatakan gelombang terlihat seperti "dinding air".[1] Para ilmuwan hanya mempelajari segelintir gelombang raksasa, tetapi mereka memperkirakan bahwa satu gelombang terbentuk setiap dua hari di suatu tempat di lautan dunia. Gelombang raksasa umumnya muncul di kawasan seperti Samudra Atlantik, Laut Utara, hingga lepas pantai tenggara Afrika Selatan.[4]

Karakteristik

Gelombang raksasa didefinisikan sebagai gelombang dengan ukuran lebih dari dua kali atau 2.2, hingga tiga kali terbesar dari gelombang yang tercatat, kadang mencapai setinggi 30 meter (hampir 100 kaki), dan oleh sifatnya yang tidak dapat diprediksi, biasanya muncul dari arah yang tak terduga berdasarkan arah angin dan gelombang yang ada.[5][6] Ini berarti bahwa gelombang semacam ini memiliki ketinggian dan kecuraman yang jauh lebih besar daripada nilai rata-rata gelombang laut lainnya di lingkungan sekitarnya. Gelombang raksasa sangat berbeda dengan tsunami.[7] Gelombang raksasa adalah gelombang terlokasi dalam ruang dan waktu di permukaan laut, sedangkan tsunami disebabkan oleh perpindahan air yang masif. Setelah tahap awal pembentukannya, tsunami menyebar dengan kecepatan tinggi dalam jaruk jauh dengan amplitudo rendah, biasanya serendah puluhan cm di laut terbuka, di mana umumnya tidak disadari. Tsunami hanya menjadi destruktif ketika naik ke pantai dan tumbuh sangat tinggi saat kedalaman air berkurang.

Dinamika tsunami dipahami dengan sangat baik: tsunami merambat sebagai gelombang linier di lautan[8] hingga, pada jarak dari pantai sekitar sepersetujuh panjang gelombangnya, beberapa proses nonlinier mungkin berperan.[9] Sebaliknya, konsesus mengenai fisika gelombang laut raksasa baru saja mulai dikembangkan. Gelombang raksasa sekarang umumnya dianggap membentuk kelas gelombang yang berbeda, tetapi tampaknya gelombang raksasa muncul dari berbegai mekanisme fisik yang berbeda.

Gelombang raksasa telah lama dilaporkan oleh para pelaut, tetapi seberapa sering peristiwa ekstrem ini terjadi masih menjadi misteri. Analisis citra satelit telah menunjukkan bahwa mereka terjadi lebih sering dari yang diharapkan, memberikan dukungan untuk sejarah catatan kapal yang dihantam dan ditenggelemkan oleh gelombang besar.[5] Gelombang tinggi dan tak terduga ini seringkali menabrak dengan tekanan pecah yang luar biasa, membuatnya sangat berbahaya dan biasanya melebihi kapasitas gelombang pecah kebanyakan kapal. Sebagai contoh, kehilangan kapal pertama yang tercatat karena gelombang raksasa adalah MS Munchen, kapal kargo modern pada tahun 1978. Gelombang raksasa ini terjadi di perairan terbuka, tidak langsung di dekat garis pantai.[6]

Penyebab

Karena gelombang ini jarang terjadi, pengukuran dan analisis fenomena ini sangat jarang. Bagaimana tepatnya dan kapan terbentuknya gelombang raksasa masih dalam penyelidikan, tetapi ada beberapa penyebab yang diketahui:[1]

Interferensi konstruktif. Gelombang ekstrem sering terbentuk karena membengkak, saat melaju melintasi laut, melakukannya dengan kecepatan dan arah yang berbeda. Saat gelombang ini melintasi satu sama lain, puncak, dasar, dan panjangnya terkadang bertepatan dan saling memperkuat. Proses ini dapat membentuk gelombang yang luar biasa besar dan menjulang yang dengan cepat menghilang. Jika gelombang raksasa bergerak ke arah yang sama, gelombang pegunungan ini dapat berlangsung selama beberapa menit sebelum mereda.

Pemusatan energi gelombang. Ketika gelombang yang dibentuk oleh badai berkembang dalam arus air melawan arah gelombang normal, interaksi dapat terjadi yang menghasilkan pemendekan frekuensi gelombang. Hal ini dapat menyebabkan gelombang bergabung secara dinamis, membentuk gelombang raksasa yang sangat besar. Arus dimana ini berada terkadang terlihat adalah Arus Teluk dan Arus Alguhas. Gelombang ekstrem yang dikembangkan dengan cara ini cenderung berumur lebih panjang.

Perubahan iklim dapat mempengaruhi intensitas dan frekuensi gelombang raksasa, menurut penelitian sebelumnya. Sebuah studi yang diterbitkan di dalam jurnal Science Advances pada Juni 2020 mengungkapkan bahwa kondisi gelombang raksasa ekstrem telah meningkat antara 5% dan 15% karena angin dan arus yang lebih kuat yang disebabkan oleh kenaikan suhu laut.[3]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c US Department of Commerce, National Oceanic and Atmospheric Administration. "What is a rogue wave?". oceanservice.noaa.gov (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-25. Diakses tanggal 2022-04-04. 
  2. ^ Didenkulova, Ekaterina (2020-04-15). "Catalogue of rogue waves occurred in the World Ocean from 2011 to 2018 reported by mass media sources". Ocean & Coastal Management (dalam bahasa Inggris). 188: 105076. doi:10.1016/j.ocecoaman.2019.105076. ISSN 0964-5691. 
  3. ^ a b published, Harry Baker (2022-02-15). "4-story rogue wave that randomly appeared in the Pacific Ocean is the 'most extreme' ever detected". livescience.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-21. Diakses tanggal 2022-04-04. 
  4. ^ Society, National Geographic (2012-12-03). "Rogue Waves". National Geographic Society (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-18. Diakses tanggal 2022-04-04. 
  5. ^ a b Rogers, Kara. "How Much Does Earth's Atmosphere Weigh? | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 2022-04-04. 
  6. ^ a b "What Are Rogue Waves, and Are They Dangerous?". Starboard Yacht Group (dalam bahasa Inggris). 2018-07-26. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-23. Diakses tanggal 2022-04-04. 
  7. ^ 2 C. E. Synolakis, ‘Tsunami and seiche’, in Earthquake engineering handbook (ed. Wai-Fah Chen and Charles Scawthorn), ch. 9, pp. 9-1–9-90 (CRC Press, Boca Raton, 2003).
  8. ^ Michailides, Constantine; Gao, Zhen; Moan, Torgeir (2017-03-01). "Wave- and Wind-induced Responses of the Semisubmersible Wind Energy and Flap-type Wave Energy Converter Based on Experiments". International Journal of Offshore and Polar Engineering. 27 (1): 54–62. doi:10.17736/ijope.2017.jc672. ISSN 1053-5381. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-30. Diakses tanggal 2022-04-04. 
  9. ^ Kajiura, Kinjiro. Local behaviour of tsunamis. Berlin, Heidelberg: Springer Berlin Heidelberg. hlm. 72–79. ISBN 978-3-540-08253-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-30. Diakses tanggal 2022-04-04.